Dalam beberapa tahun belakangan, saya memperoleh pencerahan dalam hidup saya. Tapi ini tidak berarti hari-hari sebelumnya saya berada dalam terowongan gelap tanpa ujung. Pencerahan yang saya maksud adalah kesadaran untuk melihat ‘perbuatan’ Allah SWT sebagai ‘perbuatan’ Dia dalam kapasitasnya sebagai tuhan, yang memang harus begitulah mestinya. Hal itu cocok dengan sifat yang disandangNya; Maha berkuasa dan Maha Berkehendak.
Jadi apapun yang terjadi pada diri saya, saya sikapi dengan perasaan tawakal saja, ikhlas saja. Wong, ada tidaknya saya, hidup atau matinya saya ya, tergantung Dia. Tapi saya tidak melupakan kemahapengasihpenyayanganNya. Pasti, tak ada yang salah dan keliru dari semua kehendakNya pada hidup saya.
Saya anggap kunci memahami hidup berawal dari situ. Dan saya merasa sudah mulai mengetahuinya (belum tentu mendapatkan) sebagai password untuk masuk ke pusaran-pusaran masalah kompleksitas kehidupan. Misalnya, bagaimana saya menyikapi banyak hal yang biasanya dulu saya cikaraui, salah dan saya marah-marahi. Beberapa kali saya tidak kaget lagi kalau tiba-tiba ada piring atau gelas pecah di samping saya. Saya tak marah lagi kalau belakangan saya tahu sebuah barang yang saya beli ternyata harganya kemahalan setelah diberitahu orang lain. Saya anggap kelebihan dari harga normal yang saya bayarkan adalah deposit saya untuk ketenangan hati, kalau tidak sebagai deposit untuk akhirat kelak. Setidak-tidaknya saya sudah membantu orang lain dengan kelebihan tersebut.Kadang-kadang saya biarkan hidup saya berjalan apa adanya tanpa harus mempedulikan petuah-petuah para motivator di berbagai buku dan seminar. Sebab tak pasti semua yang dikatakan mereka benar dan cocok untuk setiap orang.
( pdklp 03.00)
Saya Tidak Kaget Lagi Tiba-tiba Gelas Pecah di Samping Saya (1)
Rabu, November 24, 2010
0
Tags