PENGAKUAN Kolonel Abdul Latief tentang peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) menjadi salah satu kesaksian paling penting sekaligus kontroversial dalam sejarah Indonesia. Ia adalah salah satu tokoh utama yang terlibat langsung dalam gerakan itu, dan kesaksiannya membuka banyak sisi gelap dari peristiwa tersebut.
Berikut ringkasannya secara lengkap dan kronologis:
🪖 Siapa Kolonel Abdul Latief?
Kolonel Abdul Latief adalah perwira menengah Angkatan Darat, teman dekat Letkol Untung Syamsuri (pemimpin G30S) dan juga memiliki hubungan pribadi dengan Mayor Jenderal Soeharto. Sebelum peristiwa G30S, Latief menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri I Jakarta.
📜 Pengakuan Kolonel Latief
Dalam berbagai kesaksian — terutama saat persidangan Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) tahun 1978 dan wawancara di penjara — Latief mengungkap beberapa poin penting:
1. Rencana awal dan tujuan gerakan
Ia mengenal rencana gerakan, tetapi tidak tahu akan berujung pada pembunuhan para jenderal
Latief mengatakan bahwa tujuan awal gerakan adalah:
“Menangkap para jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Presiden Sukarno.”
Menurutnya, ia tidak pernah diberi tahu bahwa para jenderal tersebut akan dibunuh.
2. Latief bertemu Soeharto.
Ia mengaku sempat menemui Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto malam sebelum peristiwa (30 September 1965)
Ini adalah bagian paling kontroversial dari pengakuannya.
Latief menyebut:
“Saya menemui Pak Harto malam itu untuk melapor bahwa ada gerakan yang akan mengambil tindakan terhadap Dewan Jenderal. Tapi beliau tidak bereaksi apa-apa.”
3. Ia merasa dijebak dan dijadikan kambing hitam
Dalam pengakuannya di penjara Cipinang tahun 1990-an (yang sempat direkam secara diam-diam oleh pengunjung), Latief mengatakan:
“Saya dan Untung hanya menjalankan perintah. Tapi setelah gagal, semua tanggung jawab dilimpahkan kepada kami. PKI dijadikan kambing hitam.”
Ia menyebut bahwa operasi tersebut sebenarnya mendapat restu dari lingkaran istana Sukarno, tetapi kemudian arah politik berubah ketika Soeharto mengambil alih kekuasaan.
4. Tentang hubungan dengan PKI
Latief menolak tuduhan bahwa ia anggota PKI atau bahwa G30S adalah gerakan PKI sepenuhnya.
“Saya tentara, bukan orang partai. Kami hanya tahu ada rencana mengamankan revolusi.”
Namun, ia mengakui adanya pertemuan antara beberapa perwira Angkatan Darat dan unsur PKI, terutama Biro Khusus PKI pimpinan Sjam Kamaruzzaman, untuk koordinasi teknis.
5. Setelah G30S gagal
Latief terluka akibat granat di kompleks rumah Jenderal Nasution dan kemudian ditangkap di Rumah Sakit Gatot Subroto. Ia dijatuhi hukuman mati, namun tidak dieksekusi.
Hukuman itu kemudian diubah menjadi penjara seumur hidup, dan ia dibebaskan pada tahun 1998, setelah rezim Orde Baru runtuh.
⚖️ Makna dan Kontroversi Pengakuannya
Pengakuan Kolonel Latief menimbulkan pertanyaan besar dalam sejarah Indonesia:
Apakah Soeharto benar-benar sudah tahu sebelumnya?
Apakah G30S benar-benar gerakan PKI, atau operasi militer yang kemudian dimanipulasi politiknya?
Siapa sebenarnya dalang utama di balik tragedi itu? Hingga kini, pernyataan Latief menjadi salah satu bukti alternatif yang menantang narasi resmi dari pemerintah orde baru selama ini. (*)
Artikel ini dilansir dari akun Indonesia Tempo Doeloe
Posting Komentar